Selaku istri prajurit TNI-AD,anggota Persit Kartika Chandra Kirana menjadi salah satu penentu dan parameter keberhasilan seorang suami dalam mengemban tugas dan panggilan pengabdian kepada Nusa dan bangsa.Untuk itu dituntut agar tetap mawas diri,rendah hati,sederhana,setia dan berupaya menuju kemandirian yang emansipatif.
Laporan : REGINA SAMBUL
Ketika jaman Perjuangan Raden Ajeng Kartini,kehidupan kaum perempuan kala itu sungguh sangat memiriskan.Jauh dari glamourisasi layaknya wanita modern saat ini,hidup dalam segala keterbatasan dan belenggu situasi dan kondisi saat itu yang serba”pamali dan keterkungkungan untuk berkreasi dan berinteraksi dengan sesama apalagi lawan jenis.”Ini jaman sudah beda,semua beda namun semua itu tidak mampu menghapus kodrat seorang perempuan dimata suami dan anak-anak serta publik”ungkap Ny Helly Sulaiman Agusto,sang ketua Persit Kartika Chandra Kirana Korcab KOREM 131/Santiago dalam satu momentum HUT ke-70 organisasi Persatuan Istri Tentara itu kepada penulis.
Helly mengungkapkan saat ini dalam memakanai dan mengejawantakan nilai-nilai luhur seorang kartini,bagi seorang istri tentara Indonensia,sangatlah sederhana dan teramat muda dilakukan,yakni mendukung segala yang terkait dengan tugas suami,apapun keadaanya.”Mau istri seorang tentara berpangkat Prada hingga Jenderal,kewajiban moral dan tantangan seorang anggota Persit itu sama saja” tutur perempuan kelahiran 4 Agustus 1970 itu dengan nada optimis.
Dia menjelaskan,secara realita dilapangan hampir separuh hidup seorang istri tentara selalu berada dalam lingkungan yang sangat sederhana,jauh dari gemerlap kehidupan perkotaan dan banyak dengan aturan dan”pembatasan dan pelarangan” sebagai bagian yang terintegrasi dengan aturan ketentaraan dinegara ini,mulai dari pola hidup secara umum hingga hal-hal kodrati seorang wanita”Secara kasat mata,sesunguhnya seorang anggota persit itu belum”Merdeka” sebab dari ujung kaki hingga ujung rambut semua harus pake aturan layaknya seorang tentara,namun sesunguhnya pula dibalik itu semua tersirat satu misi mulia yakni sederhana,sopan dan bermoral adalah satu kontribusi yang tinggi nilainya bagi kesuksesan seorang suami(tentara) dalam melaksanakan tugas dan berkarier dalam militer”ungkap ibu yang terkasih dari Donny Chandra,Donna Siswati dan Andika Prawira itu dengan bangga.
Masih menurut istri seorang jenderal yang sederhana dan muran senyum itu,bahwa dibalik semua”pembatasan dan keterbatasan”itu seorang anggota Persit tidak boleh merasa kurang dan rendah dari kaum perempuan lainnya,namum sebaliknya harus menunjukkan dedikasi,kemampuan,kreativitas dan kemampuan prrsonal yang lebih baik lagi dari jaman Kartini”Kita memang banyak dibatasi dengan aturan internal organisasi,namun hal itu tidak bermaksud membunuh aktivitas,kreativitas dan kemampuan untuk memberi yang terbaik bagi organisasi,bagi bangsa dan negara khususnya bagi kebangkitan dan kemajuan kaum perempuan dijaman ini” tuturnya sambil menambahkan kesederhanaan bukanlah satu kelemahan dan kekurangan harus memjadi penghalang untuk mandiri.
Lebih jauh wanita yang hobby olah raga tenis meja dan kuliner tradisional itu menuturkan,dalam memajukan potensi personal anggota Persit dan mendukung peningkatan kesejahteraan keluarga,organisasi yang dipimpinya itu juga melakukan banyak program pendidikan dan pelatihan kemandirian bagi anggota serta memberikan pengetahuan wajib bagi seorang wanita diantaranya tata cara merias diri yang disesuaikan dengan kondisi saat ini namun tidak melanggar aturan organisasi”Sebagai bentuk kepedulian dan dukungan organisasi,kami terus memotivasi anggota untuk maju dan mandiri,dengan.konsep pendidikan dan pelatihan serta membuka lapangan kerja dan dukungan modal kerja usaha rumah tangga anggota”ucap wanita yang memiliki filosofi hidup”Terus melakukan kebaikan kepada sesama tanpa perlu diketahui orang lain dan akan berusahà menjadi pendamping suami yang setia dan menjadi ibu yang penuh kasih dan sayang bagi anak-anak yang merupakan berkat Tuhan yang harus dijaga.
Menurutnya,menjadi istri TNI-AD sama dengan perempuan lainnya,pasti.ada suka dan dukanya,Sukanya adalah kemana-mana pasti rasa aman,nyaman,difasilitasi oleh negara,bisa melihat dan hidup di seluruh wilayah negara dari sabang sampai Merauke,kalau sukanya harus bersedia mengikut dan menemani kemananpun suami ditugaskan,baik dikota besar,didesa terpencil hingga dimedan berbahaya”Sebagai istri Tentara,kemanapun suami ditugaskan dan apapun kondisi suami tidak ada kata lain selain satu kata”SIAP”dan itu satu harga mati sekaligus harga diri seorang istri pejuang dan pembela Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI) yang tercinta”ungkap wanita berpostur tubuh ideal itu dengan gaya khasnya.
Pada bagian akhir wawancara eksklusif,istri.tercinta dari Danrem 131/Santiago Brigjen Inf.Sulaiman Agusto yang adalah warga bumi nyiur melambai itu mengatakan,dengan dua momentun penting yakni HUT ke 70 Persit Kartika Chandra Kirana dan peringatan hari Kartini tahun 2016,dia meminta seluruh jajaran Persit Korcab kOREM 131/Santiago terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan personal menuju satu kemandirian dan kemajuan organisasi dengan tetap berlandaskan kesederhanaan dan kerendahan diri dalam bingkai kesetiaan dan kebersamaan dan rasa senasib sepenangungan sebagai istri Tentara Indonesia”Dirgahayu Persit Kartika Chandra Kirana ke-70 dan selamat Hari Kartini 2016,jayalah negeriku,majulah Persitku dan bangkitlah kaumku” tegas Helly menutup ungkapannya dalam memaknai emansipasi dalam konteks peran dan tantangan serta tuntutan seorang istri TENTARA.(****)