BAROMETERSULUT –
Salah satu putra Kawanua, Rano Maxim Adolf Tilaar dipercayakan menjadi Komandan Korem 052/Wijayakrama. Tilaar saat ini juga resmi menyandang pangkat jenderal TNI bintang satu.
Korem 052/ Wkr diketahui meliputi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Tangerang.
Suami Tanya Tengker ini, adalah lulusan Akademi Militer 1993. Ia berpengalaman dalam Infanteri (Kopassus). Bagaimana perjalanan karirnya?
Mengawali karir kemiliteran sejak tahun 1989, peraih Nyong Manado dan Nyong Sulut tahun 1988 ini masuk pendidikan militer di Akabri dengan rekomendasi khusus pemerintah provinsi kala itu. Di bawah Gubernur CJ Rantung.
Saat SMA, tahun 1987, Brigjen Tilaar menjadi utusan Provinsi Sulut sebagai Paskibraka di Istana Negara. Saat ikut persiapan yang dilakukan secara semi militer, diabbertemu dengan putra kawanua Kolonel Arie Kumaat, yang kala itu menjabat Asops Staf Kogartap Jaya.
Begitu lulus SMA, dirinya kemudian berkeinginan berkarir di dunia militer. Ditambah dukungan Kolonel Kumaat saat itu, dia pun mendapat rekomendasi langsung dari Gubernur CJ Rantung untuk ikut pendidikan. Setelah lulus Akabri, istri dari Tanya Tengker SE MBA ini kemudian ikut pendidikan kecabangan korps infanteri di Bandung.
Sebelum lulus, dia bercerita, dirinya diwajibkan ikut pendidikan terjun payung. Pada pendidikan terjun payung, tahun 1994 Tilaar bertemu dengan Komandan Pusdikpasus Batujajar Prabowo Subianto.
Tilaar mengakui, banyak mendapat bimbingan dan pelajaran dari Kolonel Prabowo Subianto kala itu. Dirinyapun mendapatkan perhatian khusus dari Prabowo. Prabowo pun memberikan semangat untuk ikut masuk Baret Merah atau Komando Pasukan Khusus.
Akhirnya, ayah dari Dennis, Nadina dan Darren ini memutuskan melanjutkan pendidikan Komando di Sekolah Kopassus. Saat itu Komandan Sekolah Komando adalah juga seorang putra kawanua, Lodewijk Paulus.
Tilaar bersama 24 rekan lainnya masuk sekolah komando tahun 1994 dan 1995 lulus. Begitu lulus, langsung melaksanakan penugasan di Timor Timur kala itu. Kemudian, setelah penugasan itu, dirinya ditarik lagi dan ditempatkan di Grup 2 Kopassus Kartasura Solo.
Selama kurang lebih lima tahun, dari 1995 sampai 2000 dirinya menjalani tugas dan tanggung jawab di Grup 2 Kopassus sebelum direkomendasikan untuk menimba pendidikan Sandhi Yudha (Intelijen) Kopassus.
Setelah menamatkan pendidikan Sandhi Yudha di Batujajar, sepulang dari situ Tilaar ditempatkan di Grup 3 Sandhi Yudha Kopassus selama sekira sembilan tahun hingga 2009.
Dalam tugasnya di Grup 3 Sandhi Yudha, Kolonel Tilaar kerap kali ditugaskan dalam fungsi intelijen di berbagai daerah di Indonesia. Seperti, penugasan intelijen di perbatasan Kalimantan-Malaysia, di Aceh saat kundisi darurat militer dan di Papua.
Sewaktu bertugas dia pernah membawa satu satgas intel di Papua tahun 2009. Saat penugasan Tilaar mendapat rekomendasi Danjen saat itu yang dikemudian hari menjadi Kasad, Pak Pramono Edhie. Rekomendasi jadi Dandim di Jayapura. Dia pun menjabat Dandim 1701/Jayapura thun 2010 hingga 2011.
Kemudian, tahun 2011, dirinya ditarik menjadi Kepala Staf Korem 172/Abepura. Selama kurun waktu tiga tahun, hingga 2014, sebelum mengikuti pendidikan intel strategis di Satuan Induk Badan Intelijen Strategis (Satinduk BAIS TNI) di Celendek Bogor selama enam bulan.
“Saat sekolah intelijen saat itu, saya juga bertemu orang kawanua, namanya Pak Laksamana Muda Soleman Pontoh. Beliau lah yang mengarahkan saya untuk berkarir di bidang intelijen,” ungkap Tilaar, bercerita.
Usai lulus pendidikan, Kolonel Tilaar menjalani sejumlah penugasan di Satinduk BAIS TNI selama kurun waktu tahun 2014 hingga 2020. Memiliki cakupan dalam dan luar negeri, lulusan Univesitas Kat Parahyangan ini kerap kali ditugaskan dalam fungsi intelijen di beberapa negara.
“Saya pernah ditugaskan di Inggris, Australia sampai ke Papua Nugini. Semuanya dalam tugas dan fungsi intelijen. Kemudian, ada juga penugasan dalam negeri seperti penugasan di perbatasan Filipina-Indonesia di Marawi kemudian yang cukup besar juga yaitu aksi 212 di Jakarta,” katanya.
Memiliki latar belakang di dunia intelijen dengan rentetan penugasan penting, Kolonel Tilaar pun sempat dipercayakan menjadi Komandan Korem (Danrem) 074/Warastratama yang membawahi Solo Raya. Bukan tanpa sebab, penunjukan dirinya sebagai salah satu orang yang bertanggung jawab dalam mengamankan wilayah kampung halaman Presiden Jokowi ini adalah karena pengetahuan intelijennya.
Apalagi di Solo menjadi daerah yang ditinggali oleh keluarga presiden. Selain itu, di Solo juga memiliki potensi kemunculan kelompok radikal. Karena di wilayah Solo terdapat pesantren milik dari salah satu terpidana teroris Abu Bakar Ba’asyir.
Karenanya, tugas dan tanggung jawab Danrem 074/Warastratama Solo ini trennya adalah perwira dengan latar belakang intelijen.
(Nando)