Kisah Ponakan Jenderal Andika Perkasa, Dua Kali Gagal Masuk TNI

Jakarta, BAROMETERSULUT – Tak lama lagi, Jenderal Andika Perkasa segera disahkan menjadi Panglima TNI.

Usai disetujui saat melakukan fit and proper test, DPR RI merampungkan verifikasi faktual ke rumah Andika Perkasa.

Sebelumnya, sebagai KSAD, Jenderal TNI Andika Perkasa merupakan pejabat tinggi militer yang cukup dikenal.

Meski begitu, Alya Kaleri punya kisah saat hendak masuk sebagai prajurit TNI.

Menjadi anggota TNI memang harus melewati tahapan seleksi yang cukup ketat.

Tak ada pandang bulu atau pilih kasih dalam seleksi tersebut.

Bahkan tidak ada istilah orang dalam atau koneksi dalam proses seleksi pada saat ini.

Alya tak lolos seleksi, lantaran tak memenuhi syarat. Nama besar Andika tidak dimanfaatkan seenaknya oleh kerabat atau keluarganya untuk mendapatkan kepentingan pribadi.

Tidak ada satu pun saudara sepupu dan keponakan Jenderal Andika Perkasa dari garis Ibu yang berasal dari Blitar, Jawa Timur, yang menjadi anggota TNI atau Polri.

Namun, Alya dua kali gagal dalam tes. Ibunda Alya, Weny Krisnawati mengatakan, Alya gagal masuk Akademi Angkatan Laut (AAL) dan Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad).

Weny yang bekerja sebagai pegawai harian lepas (PHL) di Samsat Polres Blitar itu sempat ragu ketika diminta menceritakan dua kali kegagalan Alya masuk TNI.

Baca juga:  Roy Komitmen Berantas "Budaya '86" di Jajarannya

Weny takut informasi darinya salah dipahami orang lain, mengingat Andika sedang menjalani fit and proper test di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Weny adalah anak dari Sukesi, adik dari Ibunda Andika, Udiati.

“Alya memang dari awal ingin masuk TNI.

Dia sebenarnya pengin daftar ke AKMIL Magelang.

Tapi sudah 3 tahun ini tidak ada penerimaan taruni (taruna perempuan),” ujar Weny.

Akhirnya, pada Mei lalu, Alya mendaftarkan diri ke AAL di Surabaya. Namun, dia gagal pada tes psikologi.

Tidak putus asa, dua bulan kemudian Alya mendaftarkan diri untuk masuk Kowad di Kodam V Brawijaya, Malang.

Bersama Alya, menurut Weny, terdapat sekitar 700 pendaftar.

Namun, Alya dapat lolos beberapa tahapan, hingga tersisa 100 pendaftar.

Tapi Alya gagal lagi ketika harus berebut untuk menjadi 1 dari 16 orang yang terpilih untuk menjalani pendidikan di Markas Diklat Kowad di Bandung,” ujar Weny.

Pengumuman kegagalan Alya disampaikan pada Agustus lalu.

Baca juga:  Alumni SMP Negeri 10 Manado Gelar Reuni Akbar

Menurut Weny, Alya yang memiliki tinggi badan 165 sentimeter itu sebenarnya memiliki fisik yang bagus.

Alya juga merupakan atlet basket sewaktu menjadi siswi SMA Negeri 3 Kota Blitar.

“Hari Senin ini Alya masih dijadwalkan ikut DBL (Developmental Basketball League) Surabaya,” ujar perempuan yang sudah 10 tahun menjadi PHL di Samsat Polres Blitar itu.

Menurut Wenny, tekat Alya untuk menjadi anggota TNI masih belum padam.

Kini, Alya mempersiapkan diri untuk mengikuti tes masuk AAL pada tahun depan.

“Ini saya masih di Surabaya, jenguk Alya yang ikut bimbingan belajar di Divasa Course Center di Sidoarjo,” kata Weny.

Menurut Weny, dirinya tidak pernah meminta tolong kepada Jendral Andika untuk membantu Alya masuk ke AAL atau pun ke Kowad, meskipun Andika selama ini selalu menjaga hubungan dekat dengan keluarga di Blitar.

Kepada Alya, beberapa tahun lalu, Andika berpesan agar mempersiapkan fisik dan prestasi akademik apabila ingin masuk TNI.

“Makanya ini Alya ikut bimbingan belajar. Semoga tahun depan lolos tes AAL,” ujar Weny.(***)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *