Bitung, BAROMETERSULUT.COM-Pasca kebakaran yang terjadi di Kelurahan Kareko, Lingkungan 03, RT 06, Kecamatan Lembeh Utara, Kota Bitung pada hari Senin (24/01/2022), sehingga menghanguskan 2 (dua) rumah warga masing-masing Keluarga Mananeke – Lombone dan Keluarga Makalew – Laheping, medapat kritikan dari beberapa warga untuk Pemerintah Kota (Pemkot) Bitung.
Albert Salipada warga Kelurahan Kareko kepada Wartawan mengaku bahwa, kedatangan mobil pemadam tentunya sudah terlambat,
“Damkar datang sudah terlambat, dikarenakan waktu dari Kota Bitung ke Kareko memakan waktu yang cukup banyak. Karena kendaraan Damkar harus naik Kapal Very untuk menyebrang ke Pulau Lembeh. Dan sebelum mobil pemadam sampai, warga sudah berhotong royong membantu memadamkan api dengan menggunakan peralatan seadanya,” jelas Albert.
Lanjutnya, “Kami tidak menyalahkan Damkar yang datang terlambat, karena kami tahu jarak serta alur untuk ke Kareko akan memakan waktu cukup lama. Namun meski terlambat, Damkar Kota Bitung bisa menjinakkan api, sehingga tidak merembet lagi ke rumah warga yang lainnya,” kata Albert yang juga salah satu Tokoh Masyarakat.
Senada dengan Albert, Swengly Kanalung yang juga warga Kelurahan Kareko berharap agar Pemkot Bitung bisa medirikan Pos Damkar disetiap Kecamatan yang ada di Pulau Lembeh,
“Saya berharap, dengan kejadian ini Pemkot Bitung bisa mendirikan Pos Damkar di kedua Kecamatan yang ada di Pulau Lembeh. Agar ketika terjadi kebakaran tidak lagi menunggu kendaraan Damkar dari Bitung ke Lembeh,” ujar Swengly.
Terpisah dari itu, Kepala Satuan (Kasat) Polisi Pamong Praja (PolPP) Kota Bitung Steven Suluh saat dikonfirmasi terkait kritikan dan masukan warga Kelurahan Kareko mengaku bahwa dirinya dan Pak Wali Kota Ir. Maurits Mantiri, MM dan Wakil Wali Kota Hengky Honandar, SE, sudah berbicara untuk itu,
“Untuk bangunan dan lokasi kami memang sudah ada, yakni di Kelurahan Papusungan, Kecamatan Lembeh Selatan yang dipinjam pakai oleh Bank SulutGo,” kata Suluh.
Namun untuk kendaraan yang kita miliki kata Steven belum memenuhi sayarat untuk digunakan di Pulau Lembeh,
“Untuk kendaran yang kita miliki sekarang belum bisa ditempatkan di Pulau Lembeh, karena jalan yang penuh tanjakan. Yang kita perlukan kendaraan doble cabin agar bisa melewati medan yang ekstream,” jelasnya.
Dan untuk pengadaan kendaraan tersebut tentunya belum bisa sekarang, karena belum tertata di anggaran. Kemungkinan bisa kita usulkan proposalnya di anggaran perubahan atau paling cepat melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari Perusahaan,
“Pengadaan kendaraan belum tertata pada tahun ini, namun proposal akan kami buat untuk diajukan di anggaran perubahan atau lebih cepat kita bisa minta bantuan Perusahaan melalui dana CSR,” katanya.
Lanjut Steven, selain kendaraan Pulau Lembeh juga belum ada hydran atau minimal sumur dibeberapa lokasi untuk kendaraan mengambil air,
“Masalah yang kedua jelas belum ada hydran atau sumur khusus dibeberapa titik untuk tempat kami mengisi air. Dan itu juga akan kami bicarakan dengan PDAM atau pemerintah setempat untuk pembuatan sumur khusus tempat mobil damkar mengisi air,” tutupnya.
(romo)