Tahuna, BAROMETERSULUT.com- Penanganan kasus stunting atau gizi buruk di Kabupaten Kepulauan Sangihe hingga saat ini masih terus berlangsung. Tak sungkan hal inipun jadi perhatian serius pemerintah. Agar, kasus gizi buruk bagi anak-anak cepat teratasi.
Hal ini dikatakan Penjabat Bupati (Pj) Kepulauan Sangihe dr Tamuntuan dalam kegiatan Audit Kasus Stunting Kabupten Kepulauan Sangihe, baru-baru ini.
Menurut dia, penanganan kasus stunting di Sangihe diperlukan perhatian bersama semua pihak, mengingat anak-anak ini merupakan masa depan bangsa dan negara.
“Kasus stunting ini menjadi perhatian dari pemerintah pusat, provinsi dan juga kabupaten kota. Untuk itu di Kabupaten Kepulauan Sangihe, kami akan mempersiapkan dan mengangkat bapak asuh untuk tingkat kabupaten yakni pak Dandim. Dan untuk masing-masing perangkat daerah juga, akan mendapatkan hak asuh anak. Jadi memang harus ada penanganan yang serius terkait kasus stunting ini,” ungkap Tamuntuan.
Dirinya menyebutkan, Hinga saat ini di Kabupaten Kepulauan Sangihe tercatat ada 302 kasus stunting. Maka dari itu dinas terkait atau yang menangani kasus ini jadi perhatian serius. Begitu juga dengan Dinas lainnya harus jadikan perhatian. Begitu juga dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat terhadap perencanaan kehamilan, memperhatikan pola asuh, asupan gizi dari ibu hamil serta juga menjadi perhatian sampai pada 1000 hari kelahiran pertama anak.
“Jadi tentunya keterlibatan kita semua menjadi sangat penting, baik dari penanganan tenaga dokter spesialis mulai dari kehamilan sampai pada kelahiran anak serta tentunya asupan gizi dari tenaga gizi dan juga psikologi itu sangat penting perannya. Ini harus menjadi perhatian kita semua karena kerjasama Pemerintah Kabupaten, kecamatan sampai di tingkat kampung, kelurahan serta Puskesmas sangat dibutuhkan,” jelasnya.
Dia juga menegaskan, bagi para petugas Puskesmas harus sering mendatangi anak-anak stunting. Setiap minggu harus dilakukan pengukuran tinggi badan.
“Jadi kita harus melihat apakah penyebab stunting ini. Mungkinkah karena ibu-ibu terlalu sibuk kerja sehingga lupa mengurus anaknya atau ibu-ibu yang hamil muda hasil dari pernikahan dini. Kita juga harus bekerjasama dengan lembaga keagamaan agar dapat membantu memberikan nasehat kepada masyarakat,” tandasnya. (Christ)