Wali Kota Bitung Hadiri Peringatan Nuzulul Quran di Masjid Al-Gufron

Bitung, BAROMETERSULUT.com – Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Kota Bitung menggelar peringatan Nuzulul Quran di Masjid al-Gufron, Kelurahan Pateten I, Kecamatan Aertembaga, Jumat (07/04/2023) Kemarin.

Kegiatan dengan mengangkat tema ‘Turunnya Al Qur’an Menjadi Simbol Perubahan Peradaban Jahiliyah’ itu dihadiri Wali Kota Bitung, Maurits Mantiri.

Wali Kota Bitung, Maurits Mantiri dalam sambutannya mengajak umat muslim di kota Bitung agar jadikan peringatan Nuzulul Quran sebagai momentum untuk memperkuat semangat kebersamaan dan kesatuan.

Merajut kebersamaan dalam keragaman, katanya, sangat dibutuhkan dalam membangun peradaban.

“Mari jadikan semangat Nuzulul Qur’an untuk meneguhkan momentum untuk bersatu dan memperkuat semangat kebersamaan,” ajak Mantiri.

Sebagai bangsa yang berketuhanan, tambahnya, kita semua dituntut untuk percaya dan beriman kepada Tuhan Yang maha Esa.

Baca juga:  Bapemperda DRPD Sulut Sambangi Pemkot Bitung

Konsekuensi dari beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, lanjutnya, adalah kita harus menerima dengan lapang dada bahwa keberagaman ini merupakan suatu kehendak.

“Artinya, keanekaragaman makhluk Tuhan pada hakikatnya merupakan ketetapan. Keberagaman ini harus dijadikan anugerah dari Tuhan yang harus terus jaga, dirawat, dan dikelola dengan baik agar terjadi perjumpaan. Yaitu, membangun kebersamaan dalam dialog-dialog yang sehat dengan semangat saling melengkapi satu dengan yang lain.

Ia juga menjelaskan, substansi yang sering digaungkan pemerintah saat ini yakni, kerja dengan cinta dan jauhkan kebencian, merupakan suatu simbol mengendepankan kepentingan bersama tanpa memandang agama, suku dan lain-lain.

“Mari sama-sama jalankan persaudaraan di kota Bitung ini dengan dasar cinta. Karena itu, menjauhkan perilaku kebencian,” tukasnya.

Baca juga:  Wadanlantamal VIII Tinjau Latihan SAR dan VBSS

Sementara itu, Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Kota Bitung Arianto Kadir membeberkan, membangun sebuah peradaban ditengah keragaman budaya, harus melalui sebuah konsep atau meta narasi, yang akan menjadi sumber pemikiran.

Lewat skema pemikiran atau pemikiran yang terbingkai, katanya, akan mudah untuk dijadikan pedoman literasi bagi generasi hari ini dan generasi masa depan.

“Dan kemurnian metanarasi ini harus dirawat dan dijaga dengan baik, tidak boleh disusupi oleh Logika fallacy dan kepalsuan berpikir karena untuk kepentingan kelompok tertentu, tetapi untuk kemanusiaan universal,” tandasnya.

(Rivaldy)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *